Senin, 29 Oktober 2018

SEJARAH MAJAPAHIT


 SEJARAH MAJAPAHIT


Hasil gambar untuk trowulan


Letak Geografis

Sejarah Kerajaan Majapahit Terlengkap – Secara letak geografis kerajaan Majapahit sangat strategis dikarenakan berada di daerah lembah sungai yang luas, ialah Sungai Brantas serta Bengawan Solo, serta anak sungainya yang dapat dilayari sampai ke hulu.
Sejarah Kerajaan Majapahit
Sejarah Kerajaan Majapahit
Sejarah Terbentuknya Kerajaan Majapahit

Pada saat terjadi serangan Jayakatwang, Raden Wijaya yang bertugas menghadang di bagian utara, ternyata serangan yang terjadi lebih besar justru dilancarkan dari selatan. Maka setelah Raden Wijaya kembali ke Istana, ia melihat Istana Kerajaan Singasari sudah hampir habis dilalap api serta mendengar Kertanegara telah terbunuh bersama dengan pembesar-pembesar lainnya. Akhirnya ia melarikan diri bersama sisa-sisa tentaranya yang masih setia serta dibantu penduduk desa Kugagu. Setelah merasa aman ia pergi ke Madura untuk meminta perlindungan dari Aryawiraraja. Berkat bantuannya itu ia berhasil menduduki tahta, dengan menghadiahkan daerah tarik kepada Raden Wijaya sebagai daerah kekuasaannya. Ketika tentara Mongol datang ke Jawa dibawah pimpin Shih-Pi, Ike-Mise, serta Kau Hsing dengan bertujuan menghukum Kertanegara, maka Raden Wijaya memanfaatkan situasi tersebut untuk bekerja sama menyerang Jayakatwang. Setelah Jayakatwang terbunuh, tentara Mongol berpesta pora merayakan kemenanganya. Kemudian Kesempatan tersebut juga dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk berbalik melawan tentara Mongol, sehingga tentara Mongol terusir dari Jawa serta pulang ke negrinya. Maka di tahun 1293 Raden Wijaya naik tahta serta bergelar Sri Kertajasa Jayawardhana.
Raja-raja Majapahit

Kertajasa Jawardhana (1293 – 1309)
ialah merupakan pendiri kerajaan Majapahit, di masa pemerintahannya, Raden Wijaya dibantu oleh mereka yang turut berjasa dalam merintis berdirinya Kerajaan Majapahit, dan karena Aryawiraraja yang sangat besar jasanya diberikanlah kekuasaan atas sebelah Timur meliputi daerah Lumajang, Blambangan. Raden Wijaya kemudian memerintah dengan sangat baik serta bijaksana. Susunan pemerintahannya tidak berbeda dengan susunan pemerintahan Kerajaan Singasari.

Raja Jayanegara (1309-1328)
Kala Gemet naik tahta setelah menggantikan ayahnya dengan mempunyai gelar Sri Jayanegara. Pada Masa pemerintahannnya ditandai dengan adanya pemberontakan-pemberontakan. Misalnya pada  pemberontakan Ranggalawe 1231 saka, pemberontakan Lembu Sora 1233 saka, pemberontakan Juru Demung 1235 saka, pemberontakan Gajah Biru 1236 saka, Pemberontakan Nambi, Lasem, Semi, Kuti dengan peristiwa Bandaderga. Pemberontakan Kuti ialah pemberontakan yang berbahaya, hampir meruntuhkan Kerajaan Majapahit pada saat itu. tetapi semua itu dapat diatasi. kemudian Raja Jayanegara dibunuh oleh tabibnya sendiri yang bernama Tanca. Tanca dibunuh pula oleh Gajah Mada.

Tribuwana Tunggadewi (1328 – 1350)
Raja Jayanegara meninggal tanpa meninggalkan seorang putrapun, Oleh karena itu yang seharusnya menjadi raja ialah Gayatri, tetapi karena ia telah menjadi seorang Bhiksu maka digantikan oleh putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar sebagai Tribuwana Tunggadewi, dan dibantu oleh suaminya yang bernama Kartawardhana. Di tahun 1331 timbulah pemberontakan yang dilakukan oleh daerah Sadeng dan Keta (Besuki). Pemberontakan ini kemudian berhasil ditumpas oleh Gajah Mada yang pada saat itu menjabat sebagai Patih Daha. Atas jasanya ini kemudian Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Kerajaan Majapahit menggantikan Pu Naga. Gajah Mada kemudian berusaha untuk menunjukkan kesetiaannya, dan ia bercita-cita menyatukan wilayah Nusantara yang dibantu oleh Mpu Nala serta Adityawarman. Pada tahun 1339, Gajah Mada bersumpah tidak makan Palapa sebelum wilayah Nusantara bersatu. Sumpahnya itu dikenal dengan nama  Sumpah Palapa,adapun isi dari sumpah palapa ialah sebagai berikut :

    :”Lamun luwas kalah nusantara isum amakti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, ring Sunda, ring Palembang, ring Tumasik, samana sun amukti palapa”.

Kemudian Gajah Mada melakukan penaklukan-penaklukan.
Baca Juga :  Revolusi Industri : Latar Belakang, Jalannya, Dan Tujuan Beserta Dampaknya Secara Lengkap

Hayam Wuruk

Hayam Wuruk naik tahta pada usia yang sangat muda ialah 16 tahun serta bergelar Rajasanegara. Di masa pemerintahan Hayam Wuruk yang didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada , pada saat itu Majapahit mencapai keemasannya. Dari Kitab Negerakertagama lah maka dapat diketahui bahwa daerah kekuasaan pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk,ialah hampir sama luasnya dengan wilayah Indonesia yang sekarang, bahkan pengaruh kerajaan Majapahit sampai pada negara-negara tetangga. Satu-satunya daerah yang tidak tunduk kepada kekuasaaan Majapahit ialah kerajaan Sunda yang saat itu dibawah pimpinan Sri baduga Maharaja. Hayam Wuruk kemudian bermaksud mengambil putri Sunda untuk dijadikan permaisurinya. Setelah putri Sunda (Diah Pitaloka) serta ayahnya Sri Baduga Maharaja bersama dengan para pembesar Sunda berada di Bubat, Gajah Mada melakukan tipu muslihat, Gajah Mada tidak mau perkawinan Hayam Wuruk serta putri Sunda dilangsungkan begitu saja. Ia menghendaki agar putri Sunda itu dipersembahkan kepada Majapahit (sebagai upeti). Maka terjadilah perselisihan paham serta akhirnya terjadinya perang Bubat. Banyak korban dikedua belah pihak, Sri Baduga gugur, putri Sunda bunuh diri.

Pada tahun 1364 Gajah Mada meninggal, Kerajaan Majapahit kehilangan seorang mahapatih yang tak ada duanya. Untuk dapat memilih penggantinya bukan suatu pekerjaan yang sangat mudah. Dewan Saptaprabu yang sudah beberapa kali mengadakan sidang untuk dapat memilih pengganti Gajah Mada akhirnya memutuskan bahwa Patih Hamungkubhumi Gajah Mada ialah tidak akan diganti “untuk mengisi kekosongan dalam pelaksanaan pemerintahan diangkat Mpu Tandi sebagai Wridhamantri, Mpu Nala sebagai menteri Amancanegara serta patih dami sebagai Yuamentri. kemudian Raja Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389.

Wikramawardhana
Putri mahkota Kusumawardhani yang kemudian naik tahta menggantikan ayahnya bersuamikan Wikramawardhana. Dalam prakteknya Wikramawardhanalah yang menjalankan roda pemerintahannya. Sedangkan Bhre Wirabhumi anak Hayam Wuruk dari selir, dikarenakan Bhre Wirabhumi (Putri Hayam Wuruk) dari selir maka ia tidak berhak menduduki tahta kerajaan walaupun demikian ia masih diberi kekuasaan untuk dapat memerintah di Bagian Timur Majapahit , yaitu daerah Blambangan. Perebutan kekuasaan antara Wikramawardhana dengan Bhre Wirabhumi disebut dengan nama perang Paregreg.

Wikramawardhana kemudian meninggal tahun 1429, pemerintahan raja-raja berikutnya berturut-turut ialah Suhita, Kertawijaya, Rajasa Wardhana, Purwawisesa dan Brawijaya V, yang tidak luput ditandai perebutan kekuasaan.
Sumber Sejarah

Sumber sejarah mengenai berdiri serta  berkembangnya kerajaan Majapahit ini  yakni :

Prasasti Butok (1244 tahun).
Prasasti ini dikeluarkan oleh Raden Wijaya setelah Raden Wijayaberhasil naik tahta kerajaan. Prasasti ini kemudian memuat peristiwa keruntuhan kerajaan Singasari serta perjuangan Raden Wijaya untuk mendirikan kerajaan

Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrama,
kedua kidung ini menceritakan Raden Wijaya yang ketika menghadapi musuh dari kediri serta tahun-tahun awal perkembangan Majapahit

Kitab Pararaton,
menceritakan tentang pemerintahan raja-raja Singasari serta Majapahit

Kitab Negarakertagama,
menceritakan tentang perjalanan Raja Hayam Wuruk ke Jawa Timur.
Kehidupan Politik

Majapahit selalu dapat menjalankan politik bertetangga yang baik dengan kerajaan asing, seperti Kerajaan Cina, Ayodya (Siam), Champa serta Kamboja. Hal itu terbukti sekitar  tahun 1370 – 1381, saat itu Majapahit telah beberapa kali mengirim utusan persahabatan ke Cina. Hal itu diketahui dari berita berita kronik Cina dari Dinasti Ming.

Raja kerajaan Majapahit sebagai negarawan ulung juga sebagai politikus-politikus yang baik. Hal tersebut dibuktikan oleh Raden Wiajaya, Hayam Wuruk, serta Maha Patih Gajahmada dalam usahanya mewujudkan kerajaan besar, tangguh serta berwibawa.

Struktur pemerintahan di pusat pemerintahan Majapahit :

1. Raja
2. Yuaraja atau Kumaraja (Raja Muda)
3. Rakryan Mahamantri Katrini

a. Mahamantri i-hino
b. Mahamantri i-hulu
c. Mahamantri i-sirikan

4. Rakryan Mahamantri ri Pakirakiran

a. Rakryan Mahapatih (Panglima atau Hamangkubhumi)
b. Rakryan Tumenggung (panglima Kerajaan)
c. Rakryan Demung (Pengatur Rumah Tangga Kerajaan)
d. Rakryan Kemuruhan (Penghubung dan tugas-tugas protokoler) dan
e. Rakryan Rangga (Pembantu Panglima)

5. Dharmadyaka yang diduduki oleh 2 orang, yang masing-masing dharmadyaka dibantu oleh sejumlah pejabat keagamaan yang biasa disebut Upapat. Pada masa hayam Wuruk ada 7 Upapati.

Selain pejabat-pejabat yang telah disebutkan diatas ,  dibawah raja ini adalah sejumlah raja daerah (paduka bharata) yang masing-masing memerintah pada suatu daerah. Disamping raja-raja daerah adapula pejabat-pejabat sipil ataupun militer. Dari susunan pemerintahannya kita dapat melihat bahwa sistem pemerintahan serta  kehidupan politik kerjaan Majapahit sudah sangat teratur.


Kehidupan Sosial Ekonomi dan Kebudayaan

Hubungan persahabatan yang dijalin dengan negara tentangga itu sangatlah mendukung dalam bidang perekonomian (pelayaran serta perdagangan). Wilayah kerajaan Majapahit terdiri atas pulau serta daerah kepulauan yang  dapat menghasilkan berbagai sumber barang dagangan.

Barang dagangan yang dipasarkan antara lain ialah seperti beras, lada, gading, timah, besi, intan, ikan, cengkeh, pala, kapas serta kayu cendana.

Dalam dunia perdagangan, kerajaan Majapahit memegang dua peranan yang terpenting , yaitu sebagai :

    kerajaan Produsen – Majapahit mempunyai wilayah yang sangat luas dengan kondisi tanah yang juga sangat subur. Dengan daerah subur itulah maka kerajaan Majapahit  ialah produsen barang dagangan.
    Sebagai Kerajaan Perantara – Kerajaan Majapahit membawa hasil bumi dari daerah satu ke daerah yang lainnya. dalam Keadaan masyarakat yang teratur mendukung terciptanya karya-karya budaya yang bermutu.

bukti-bukti perkembangan dalam kebudayaan di kerajaan Majapahit juga dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan berikut ini :

    Candi : Antara lain candi Penataran (Blitar), Candi Tegalwangi dan candi Tikus (Trowulan).
    Sastra : Hasil sastra zaman Majapahit dapat kita bedakan menjadi

Sastra Zaman Majapahit Awal

    Kitab Negarakertagama, karangan Mpu Prapanca
    Kitab Sutasoma, karangan Mpu Tantular
    Kitab Arjunawiwaha, karangan Mpu Tantular
    Kitab Kunjarakarna
    Kitab Parhayajna
    Sastra Zaman Majapahit Akhir

Hasil sastra zaman Majapahit akhir ditulis dalam bahasa Jawa Tengah, diantaranya ada yang ditulis dalam bentuk tembang (kidung) dan yang ditulis dalam bentuk gancaran (prosa).

Hasil sastra terpenting antara lain :

    Kitab Prapanca, isinya menceritakan raja-raja Singasari dan Majapahit
    Kitab Sundayana, isinya tentang peristiwa Bubat
    Kitab Sarandaka, isinya tentang pemberontakan sora
    Kitab Ranggalawe, isinya tentang pemberontakan Ranggalawe
    Panjiwijayakrama, isinya menguraikan riwayat Raden Wijaya sampai menjadi raja
    Kitab Usana Jawa, isinya tentang penaklukan Pulau Bali oleh Gajah Mada dan Aryadamar, pemindahan Keraton Majapahit ke Gelgel dan penumpasan raja raksasa bernama Maya Denawa.
    Kitab Usana Bali, isinya tentanng kekacauan di Pulau Bali.
    Kitab Paman Cangah, Tantu Pagelaran, Calon Arang, Korawasrama, Babhulisah, Tantri Kamandaka serta Pancatantra

Demikian Penjelasan tentang Sejarah Kerajaan Majapahit Terlengkap Semoga Dapat Bermanfaat Bagi Para Pembaca.

0 komentar:

Posting Komentar